Download Dayak Art Music App widged for Android and others smartphone hereDownload App
It is thesharing ofinformationaboutfolk music, folkvocalart, the art offolksinging, and othersfromtheDayaktribeinCentralKalimantanandother traditionalmusicinthe provinceof CentralKalimantan, Indonesia. Here toothere arearticles related toDayak.Plusit's also about the musicalbumcontainspop songsDayak Ngajulanguage.Informationwillalwaysbe added, so keepcomingback here, maybeyou'll get theinformation you want toget.Greetingsandhopefullygeta usefulreading, from theDayakArtMusic.
Cultureis thesymbolof a countryoreven theidentity ofa tribewho owns it. Inthecultureof whichthere areavarietyof artwhich isan infinitewealth.Withcultureandartsin it,then thecivilizationof a nationcan beidentified. (Dayak Art Music)
Berasal dari suku Dayak di sepanjang sungai Katingan suling Balawung adalah jenis alat musik tiup yang paling populer di Kalimantan Tengah, terbuat dari bambu tamiang, ini adalah salah satu jenis suling dari sekian banyak jenis suling yang ada di Kalimantan Tengah. Nada yang dimiliki suling ini terdapat lima nada, yaitu do-re-mi-sol-la (pentatonik). Biasa diamainkan oleh kaum perempuan. Suling ini termasuk dalam jenis suling yang disakralkan, dan terdapat dalam cerita atau mitos asal mula turunnya manusia dari langit ke bumi Kalimantan, biasanya suling ini hanya dimainkan untuk lagu sansan.
Garanuhing
Garanuhing merupakan bunyi-bunyian atau bell yang terbuat dari bahan kuningan, lazim dikenal dengan kerincing, kerincingan atau giring-giring. Di beberapa daerah di Indonesia jenis ini biasanya menjadi asesoris penari, dapat dipasang di pergelangan kaki atau di pergelangan tangan. Biasanya Garanuhing berbentuk bulat, pada bagian dalam terdapat rongga, dalam rongga tersebut diisi satu benda logam kecil, pada bagian salah satu sisinya terdapat lubang kecil memanjang, lubang ini berfungsi untuk memasukkan logam kecil ke dalamnya dan juga agar bunyi yang dihasilkan bisa lebih nyaring. Ukuran garanuhing kira-kira 5 cm dan berjumlah lebih dari satu, beberapa buah garanuhing biasanya disatukan dengan menggunakan tali, apabila digetarkan akan menghasilkan bunyi gemerincing yang banyak.Garanuhing sudah jarang dipergunakan baik untuk tarian maupun lainnya, benda ini dapat dikatakan punah keberadaannya.
Karungutdalam tradisi sastra Dayak Ngaju, karungut dikenal sebagai salah satu jenis puisi tradisional yang dituturkan dengan cara melantunkannya atau mendendangkannya secara lisan (oral poetry) pada acara-acara keramaian, acara adat atau di lingkungan pribadi seperti di dalam lingkungan rumah. Adianto (1987:18) menyatakan karungut berasal dari kata Karunya dalam bahasa Sangiang atau bahasa Sangen (bahasa Dayak Ngaju kuno) yang berarti sama dengan tembang, dandang gula, mijil, pangkur, dan asmaradhana di Jawa. Jenis puisi seperti ini diwariskan oleh nenek moyang mereka dalam bentuk lagu dan syair yang disusun sendiri (secara spontan) oleh penciptanya selama tidak menyimpang dari aturan (pakem) yang telah dianggap tetap atau baku oleh masyarakatnya.
Karungut dan Penciptanya
Orang yang menuturkan karungut disebut pengarungut. Pengarungut ini terdiri atas dua golongan, yakni pencipta (penyair) dan pelantun (penyanyi). Seorang penyair karungut umumnya pencipta sekaligus juga sebagai pelantun karungut ciptaannya atau orang lain, sedangkan seorang pelantun karungut belum tentu dapat menciptakan syair-syair karungut yang baik. Pelantun karungut biasanya hanya melantunkan karungut ciptaan orang lain. Karungut biasanya dilantunkan dengan iringan alat musik. Alat musik ini terdiri dari instrumen musik pokok dan instrumen musik tambahan. Instrumen musik pokok pengiring karungut itu adalah instrumen dasar yang harus ada dalam pelantunan karungut, instrumen tersebut sebuah atau lebih kacapi/kecapi bersenar dua atau bersenar tiga (lihat halaman ”Intrumen Musik Tradisional Kalimantan Tengah” di daftar isi blog ini). kacapi ini biasanya dimainkan langsung oleh pelantun karungut, secara sendiri atau dengan seorang atau lebih pemain kacapi yang lain.
Dalam perkembangannya instrumen musik pengiring karungut kemudian bertambah dengan instrumen lain sebagai tambahan atau pelengkap, yaitu berupa katambung (lihat halaman ”Intrumen Musik Tradisional Kalimantan Tengah” di daftar isi blog ini), gandang atau kendang (traditional drum), gong, reba, seruling dan lain-lain. Instrumen tambahan ini sifatnya tidak harus atau tidak mutlak ada. Fungsi instrumen tambahan adalah untuk lebih meramaikan pelantunan karungut. Instrumen pokok maupun tambahan dapat dimainkan oleh orang lain yang jumlahnya disesuaikan dengan keinginan. Tidak semua orang dapat mangarungut (melantunkan karungut) sambil memainkan kacapi, apalagi menciptakan karungut. Untuk dapat melantunkan dan menciptakan karungut diperlukan bakat dan keterampilan khusus.
Penciptakan karungut umumnya dianggap oleh masyarakatnya sebagai orang yang istimewa, akan tetapi tidak mendapatkan perlakuan yang khusus. Pangarungut (pencipta karungut) dianggap sebagai anggota masyarakat biasa. Pencipta karungut umumnya orang dewasa atau pemuda (pria maupun wanita). Pelantun karungut bisa pria wanita dewasa ataupun anak-anak.
Tidak ada persyaratan magis atau mantra dalam menciptakan syair karungut, yang diperlukan satu atau dua alat musik petik yang disebut kacapi. Tema yang diangkat biasanya berkisar tentang kejadian atau kehidupan sehari-hari, dongeng rakyat, memuji atau pemujaan terhadap tokoh tertentu, cerita tentang diri sendiri dan lain-lain.
Fungsi dan Kedudukan Karungut
Fungsi utama karungut adalah untuk menghibur dan sebagai sarana ekspresi estetik pengarungut dan masyarakatnya. Andianto (1987:18-19) juga menyebut fungsi karungut sebagai media pengajaran. Pada zaman dulu karungut muanya dipakai sebagai sarana bercerita, kemudian dipakai juga sebagai sarana pengajaran. Seorang guru atau seorang Balian (dukun) pada masanya menyampaikan pengajarannya kepada para siswanya dengan mengarungut (menyanyikan karungut). Begitu juga dengan siswanya dalam menjawab atau mengingat pelajaran dari gurunya dengan cara mengarungut. Dahulu penyampaian ajaran dengan mengarungut itu mula-mula menggunakan bahasa sangen (bahasa Dayak Ngaju kuno) yang kini sudah sangat jarang digunakan dan jarang ditemukan.
Karungut juga dipergunakan oleh para ibu untuk menghibur dan menidurkan anaknya. Pada saat-saat bekerja, di ladang dan di rumah, karungut dilantunkan untuk menghibur diri, untuk memberi semangat, serta mengurangi rasa bosan dan rasa lelah bekerja. Pada saat gotong-royong, karungut dapat membangkitkan semangat kebersamaan, juga pada saat acara pesta panen dan pesta perkawinan, karungut dilantunkan berfungsi sebagai media hiburan.
Jenis Karungut
Secara umum, jenis karungut yang terdapat di masyarakat terdiri dari 2 macam :
1). Karungut spontan
2). Karungut tak spontan
Karungut spontan adalah karungut yang tercipta secara spontan saat dinyanyikan. Penyair karungut tidak perlu menyusun konsep gagasannya terlebih dahulu untuk karungut yang akan diekspresikannya. Konsep tersebut dengan sendirinya ada dalam pikiran dan perasaannya, menyatu dalam perilaku dan kehidupannya.
Karungut tak spontan adalah katungut yang tercipta tidak secara spontan, karena penyair telah menyiapkan atau menuliskan apa yang akan diekpresikannya. Karungut tak spontan juga bisa berarti karungut yang dilantunkan oleh orang lain yang bukan penciptanya. Si pelantun hanya mengekspresikan secara tidak langsung gagasan penciptanya.
Berdasarkan temanya, Karungut dapat dibedakan atas sejumlah jenis karungut yang sangat luas, misalnya;
1). Karungut cinta (ungkapan rasa cinta)
2). Karungut dongeng atau pemujaan terhadap seorang tokoh, suatu benda, atau suatu tempat. (berisi cerita kehebatan tokoh, benda dan tempat yang diceritakan)
3). Karungut nasihat (berisi syair-syair nasihat)
Berdasarkan wilayah dialek bahasa penuturannya, ternyata bahasa yang digunakan dalam karungut tidak ditemukan unsur-unsur dialeknya, karena di wilayah dialek apapun bahasa karungut adalah bahasa Ngaju baku atau dialek kapuas-kahayan (baca juga ”Kalimantan Tengah” atau lihat di daftar isi).
Daftar nama-nama beberapa seniman Kacapi-Karungut yang ada di Kalimantan Tengah :
Saer Sua
Bajik R. Simpei
Ucun A. Tingang
D. Songot
Nyonya Bubun
Nyonya Narpon Apoi
Nyonya Nerie Sinar Silai
Jhony Baen
Nyalun Menteng
Contoh Karungut menidurkan anak, perhatikan dua huruf pada tiap akhiran kalimat ;
TIRUH ANAK (3)
( ciptaan : Nyonya Bunbun, 1995)
1.Tiruh anak bawin haruei
Kantuk anak sampai halemei
Tawam anak bapam namuei
Manggau akam penyang karuhei
2. Ayun tuyang yoh ayun tuyang
Tiruh anak je bawi bujang
Katawam anak bapam halisang
Manggau akam panarung bujang
3. Tiruh anak yoh busu tempu
Kantuk anak nah masi aku
Aku anak bagawi kejau
Ikau melai barapi manjuhu
4. Tiruh anak bawi haruwei
Tiruh anak hatuen panatau
Bapam anak bagawi keju
Melai anak je melai ikau
5. Tiruh anak bawi haruei
Tiruh anak sampai halemei
Aku indum kapehe atei
Bapam kejau tulak namuei
Dan seterusnya hingga 12 bait syair...
Terjemahan bebas dalam bahasa Indonesia
TIDURLAH ANAK (3)
1. Tidurlah anak wanita haruei*
Anak mengantuk(lah) sampai sore
Tahu kan anak, ayahmu merantau
Mencari segala kebutuhan mu
2. Ayun-ayunan, ayun-ayunan
Tidurlah anak gadis perawan
Tahu kan anak, ayahmu merantau
Mencarikan sesuatu agar anak gadisnya terkenal
3. Tidurlah anak ku tersayang
Mengantuklah anak, kasihani aku
Aku akan bekerja jauh
Engkau tinggal menanak nasi dan memasak
4. Tidurlah anak yang gagah perkasa
Tidurlah anak lelaki kebanggaan
Ayahmu ayahmu anak, bekerja jauh
Tinggalah anak, tinggalah engkau
5. Tidurlah anak gadis haruei*
Tidurlah anak sampai sore
Aku ibumu bersedih hati
Ayah mu jauh pergi merantau
Dan seterusnya hingga 12 bait syair...
*(haruei nama salah satu burung yang juga dijadikan sebagai identitas Kalimantan Tengah)
Salung merupakan instrumen musik berbentuk bilah, terbuat dari bahan kayu. Bilah-bilah kayu tersebut di bentuk dan disusun berderet diatas sebuah kotak resonansi sesuai dengan urutan nadanya. Agar bilah-biah tersebut tidak bergeser dari tempatnya, maka pada bagian kira-kira 10 cm sebelum ujung bilah tersebut biasanya diberi lubang, lubang ini untuk memasukkan pasak pengunci yang menancap berdiri di dinding kotak resonansi. sedangkan kotak resonansi atau tempat meletakkan bilah-bilah tersebut juga terbuat dari bahan kayu.Panjang bilah-bilah kayu penghasil nada tersebut antara 15 cm hingga 30 cm, semakin tinggi nada yang dihasilkan maka semakin kecil panjang bilahnya.
Salung dimainkan atau dibunyikan dengan menggunakan stick pemukul yang terbuat dari bahan kayu, jumlah stick pemukul sebanyak dua buah. Masing-masing stick tersebut dipegang mengunakan tangan kiri dan kanan, ujung stick dapat dibentuk tonjolan bundar, tonjolan ini dimaksudkan agar suara yang dihasilkan lebih nyaring.Panjang stick bisa 15 cm hingga 20 cm, tergantung keinginan si pemusik.
Selain terbuat dari bahan kayu, instrumen musik sejenis juga ada yang terbuat dari bahan bambu yang disebut dengan Salung Telang, sedangkan yang terbuat dari bahan logam atau tembaga disebut dengan Sarun dan Dani. Saat ini instrumen musik sejenis yang terbuat dari bahan logam hampir punah keberadaannya.
Mohing Asang merupakan nyanyian perang, fungsinya untuk aba-aba (komando) dan mengobarkan semangat perang. Bila Pangkalima (pemimpin perang) telah membunyikan Selentak (suara lidah) tujuh kali kemudian terdengar nyanyian Mohing Asang, itu berarti suatu perintah untuk maju. Mohing Asang menggunakan bahasa suku Dayak Ot Danom dengan dialek Siang Murung.
Ada yang unik dalam nyanyian Mohing Asang, nyanyian ini ber-irama lambat namun terdengar agung dan penuh khidmat. Apabila sepintas orang yang belum mengerti makna dan tujuan nyanyian ini, pasti akan mengira ini adalah lagu kesedihan yang dinyanyikan suku Dayak.
Ngindoko o mandau sipet...t'lawang, damek, neko tuntang, telep
Tejep pono pangkih siipet neng...neng neng...
Terjemahan bebas dalam bahasa Indonesia
............................
Notasi Lagu
Dalam album Manggatang Utus, dicoba untuk mengangkat kembali nyanyian Mohing Asang dengan aransemen musik dan vocal. download notasi lagu Mohing Asang versi Manggatang Utus Album.
Singing by Susiana Puspawatie Back voc Rudi C,Ebek Song by Nila Riwut Song Arransemen by Daniel P.Loy, Susiana Puspawatie Music by Fanny,Yoga,Chedz,Cahya
Haga Petak Danom 3x Haga Lewo….
Ayu Itah Maneser panatau Panatau Tatu Hiang Itah Rajur – Rajur mampalampang Aran sesot Tatu hiang Itah
Isen Mulang manggatang Utus dayak Ela sampai Mandayung uyah batawah belai Isen Mulang mahaga petak danom Ela sampai tempun petak manana sare
Chorus
Ayu Itah Maneser panatau Panatau Tatu Hiang Itah Rajur – Rajur mampalampang Aran sesot Tatu hiang Itah
Isen Mulang manggatang Utus dayak Ela sampai Mandayung uyah batawah belai Isen Mulang mahaga petak danom Ela sampai tempun petak manana sare
Bila anda ingin berlatih atau berniat menyanyikan lagu-lagu di album Manggatang Utus dan kesulitan untuk melatih Band lain untuk memainkan musiknya atau anda ingin diiringi langsung oleh musik dari album ini, anda cukup men-download dan menggunakan musik minus one ini, agar anda dapat menyanyikan lagu-lagu dari album Manggatang Utus dengan iringan musik dari album Manggatang Utus di pertunjukan anda. Perlu anda ketahui file minus one ini dalam format WAV. Selamat mencoba.
If you want to practice or intend to sing songs in the album Manggatang Utus and the difficulty to train another band to play music or you want to direct accompanied by the music of this album, you simply download and use this minus one the music, so you can sing Manggatang Utus songs from the album sent to the accompaniment of music from the album at the show. You should know this minus one music the file in WAV format. Good luck.
Minus One Lagu Taharu(download) Minus One Lagu Bawin Dayak(download) Minus One Lagu Esun Tambi(download) Minus One Lagu Oh Indang Oh Apang(belum tersedia) Minus One Lagu Maneser Panatau Tatu Hiang (belum tersedia) Minus One Lagu Ajar Ikei Bue(belum tersedia)
Tari Kanjan atau Manganjan (sebutan untuk menarikan Kanjan) adalah tarian yang biasa ditarikan oleh para Basir (Balian dalam istilah suku Dayak di sepanjang sungai barito) (dukun atau pemimpin spiritual) pada saat upacara tiwah (upacara memindahkan tulang belulang orang yang sudah mati, serta mengantar roh yang sudah mati ke alam lain) atau dalam upacara pengobatan atau upacara membuang kesialan dan menolak bala. Biasanya tarian ini ditarikan mengelilingi hewan korban (kerbau) atau mengelilingi tihang (sangkairaya) yang diletakkan di tengah. Jumlah penari bisa berjumlah tiga sampai empat orang atau lebih. Semua bunyi-bunyian saat itu ditabuh dengan irama dan nada tertentu. Tarian ini bisa ditarikan di dalam ruangan maupun di luar ruangan (tempat terbuka) sesuai kebutuhan dan dimana acara atau upacara berlangsung. Tarian ini penuh dengan nuansa magis dikarenakan para penari adalah para Balian dan diperuntuk kan sebagai sarana dalam upacara. Masarakat Dayak Kalimantan Tengah (khususnya Dayak Ngaju: Dayak Klementen, Dayak Katingan dan Dayak Kahayan) yang beragama Kaharingan masih menggunakan tarian ini dalam setiap upacara tersebut. Tari Kanjan
Kalali ialah alat musik tiup yang terbuat dari buluh atau bambu kecil. Ukuran panjang setengah meter dengan salah satu sisi ujung diambil bagian yang beruas, lalu dibuat lubang kecil dekat ruas tersebut. Ujung ruas diraut agar dapat dipasang sepotong rotan yang telah diraut atau ditipiskan. Lembar rotan tipis tersebut diikat pada ujung beruas yang memiliki lobang tersebut. Kalali memiliki lima buah lubang nada untuk menghasilkan nada-nada melodinya.
Tote atau Serupai
Tote atau disebut juga dengan sebutan Serupai ini ialah alat musik tiup yang terbuat dari buluh/bambu kecil yang telah dikeringkan, pada salah satu sisi ujung sebelah dalamnya diberi lidah atau rit. Pada bagian sisi batang dibuat dua atau tiga buah lubang. Tote atau Serupai ini dimainkan dengan cara meniup bagian ujung yang diberi lidah atau rit. Bunyi yang dihasilkan sedikit melengking namun menghasilkan bunyi yang merdu dan menyayat kalbu.
Katambung adalah alat musik perkusi sejenis gendang yang biasa digunakan dalam upacara – upacara adat seperti dalam upacara Tiwah agama Kaharingan. Katambung berarti PUKUL. Bentuknya hampir menyerupai intrumen musik Tifa dari Papua. Ukuran panjang kurang lebih 75cm terbuat dari kayu ulin dan bagian yang dipukul dengan telapak tangan terbuat dari kulit ikan Buntal (sejenis ikan yang kulitnya dapat menggembang apabila terancam atau terkena rangsangan/gesekan) yang telah dikeringkan ber-diameter kurang lebih 10 - 18 cm. Jenis instrumen ini diperkirakan sudah ada sebelum abad ke X Masehi, banyak terdapat di wilayah suku Dayak Ngaju.
Jenis-Jenis Katambung
Jenis-jenis katambung dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu:
(1) katambung untuk orang dewasa dan
(2) katambung untuk anak-anak.
Katambung yang pertama (terbuat dari kayu) umumnya berukuran panjang lebih kurang 70 sampai 75 cm dengan garis tengah (tempat melekatkan kulit membran) antara 15--18 cm. Sedangkan, katambung yang kedua (terbuat dari bambu) umumnya berukuran panjang sekitar 40--60 cm. Katambung ini garis tengahnya bergantung pada diameter luas ruas bambu yang dipakai.
Bahan dan Peralatan pembuatan Katambung
Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat katambung antara lain adalah: rotan, kayu, bambu, kulit, dempul, baji, dan penyang. Rotan yang diambil adalah rotan yang sudah tua. Rotan itu dipotong sepanjang 4 meter dari pangkalnya. Kemudian, dijemur sampai kering, lalu dianyam. Anyaman ini, dalam sebuah katambung, ditujukan untuk bagian-bagian tertentu yang disebut: tambut, saluang sarak, dan pelimping.
Kayu yang dipilih untuk dijadikan sebagai katambung untuk orang dewasa adalah kayu kayu besi atau meranti. Kayu-kayu tersebut diambil tengahnya yang oleh masyarakat setempat disebut sebagai “teras”. Sedangkan, bambu yang dipilih untuk membuat katambung anak-anak adalah bambu yang juga sudah tua. Kulit yang dalam katambung berfungsi sebagai selaput getar berasal dari kulit binatang: mengkas, kubung atau kulit ikan buntal yang besar. Kulit-kulit tersebut dijemur sampai kering agar tahan lama (kuat) dan tidak mengeluarkan aroma (bau) yang tidak sedap. Dempul terbuat dari sarang binatang serangga yang oleh masyarakat setempat disebut “pamburep”. Pemburap dibentuk menyerupai bola-bola kecil yang pada saatnya akan ditempelkan pada kulit katambung. Sementara, baji digunakan untuk mengeraskan dan mengencangkan kulit katambung. Baji terbuat dari teras kayu atau tanduk binatang yang panjangnya lebih kurang 10 cm yang satu sisinya datar dan sisi lainnya membentuk setengah silinder dengan ujung lebih tipis dari pangkalnya dan agak runcing. Sedangkan, penyang terdiri atas berbagai jenis bentuk merjan, gigi binatang, cula badak dan lain-lain. Penyang ini dianggap benda yang mempunyai kekuatan gaib (mistik) yang fungsinya untuk melindungi seseorang dan dapat menambah wibawa serta pengaruh pada yang bersangkutan. Adapun peralatan yang dipergunakan untuk pembuatan katambung adalah: parang (mandau), beliung, pahat, gandin, ampelas, pisau peraut (langgei).
4. Pembuatan Katambung
Pembuatan katambung diawali dengan pelingkaran rotan. Dalam hal ini rotan yang sudah kering dibentuk menyerupai silinder. Salah satu ujungnya dibuat lekukan yang cukup dalam lalu dilicinkan dengan menggunakan beliung. Lalu, diteruskan dengan pembuatan ornamen. Caranya, mata beliung disilangkan pada lekukan, kemudian badan katambung diukir dengan menggunakan pahat dan langgei. Selanjutnya, bagian tengah badan katambung dibuat lubang lebar untuk ruang resonansi. Setelah lubang resonansi terbentuk, diperluas dengan menggunakan ampelas. Selanjutnya, badan katambung diukir dengan pahat dan diberi warna: kuning (campuran kunyit dengan kapur sirih), hitam (campuran jelaga dengan minyak kelapa), dan putih (campuran air dengan kapur sirih). Setelah selesai, dilanjutkan dengan pemasangan kulit selaput getar yang dibentuk menyerupai lingkaran yang telah diberi beberapa lubang pada beberapa bagian pinggirnya. Pada lubang tersebut dipasang rotan tambit yang terbuat dari belahan rotan yang agak besar. Anyaman tambit ini disebut anyaman pelimping. Lebih kurang satu jengkal dari mulut katambung, dianyam helai-helai rotan yang membentuk anyaman saluang sarak yang dibentuk sedemikian rupa dengan memasukkan baji yang berfungsi untuk mengencangkannya dan sekaligus mengencangkan kulit selaput getar. Anyaman saluang sarak ini biasanya menggunakan rotan irit yang halus. Baji-baji pengencang ini biasanya terbuat dari kayu keras seperti kayu ulin atau tanduk.
Untuk mengatur panjang-pendeknya getaran pada kulit membran, dipasang biji-biji dempul (sebesar telur cecak) yang berbentuk kelerang-kelereng kecil. Dempul tersebut dipasang melingkari sebuah titik yang dianggap sebagai pusatnya. Cara merekatkannya pada kulit membran cukup dengan menekannya. Setelah kulit terpasang pada tempatnya dan telah dikencangkan dengan tambit dan baji, maka pembuatan katambung pun selesai. Selanjutnya, tinggal menambah sifat magisnya yakni dengan menggantungkan penyang-penyang pada saluang sarak.
Teknik Menabuh Katambung
Agar katambung mengeluarkan bunyi yang indah, ada tekniknya, yaitu kulit membran dipukul dengan jari-jari tangan kanan, sementara tangan kiri memegang badan katambung atau diletakkan di atas pelimping dengan dengan posisi jari-jarinya menjulur ke depan (menjuntai ke bawah permukaan kulit membran). Hal ini dimaksudkan ,jika sewaktu-waktu diperlukan, dapat dilakukan dengan mudah (biasanya meredam bunyi atau menghentikan getaran membran). Sedangkan, bagian tengah katambung cukup hanya dengan disanggah.
Katambung biasanya dimainkan dalam bentuk kelompok yang beranggotakan 5--7 orang. Pemimpinnya, oleh masyarakat setempat, disebut “upu”. Seorang upu biasanya dibantu oleh basir yang duduk di kiri-kanannya. Saat sedang memainkannya, adakalanya seorang upu menyanyi sendiri, sementara para basir hanya diam atau membunyikan katambung. Akan tetapi, adakalanya mereka secara serentak menyambut dengan mengulangi bait-bait (syair) yang telah diucapkan oleh upu. Cara menabuh atau memukul membran dilakukan menurut irama atau pukulan-pukulan tertentu yang disesuaikan dengan syair mantra/doa yang diucapkan atau dilakukan oleh penabuhnya.
Penggunaan Alat Musik Katambung
Katambung digunakan pada upacara yang berkaitan dengan upacara gawi belom (memotong pantan) dan gawi matey. Pada upacara gawi belom, katambung digunakan untuk mengiringi penyambutan tamu. Sedangkan pada gawi matey, katambung ditabuh pada saat upacara tiwah (kematian), termasuk pada upacara balian ngarahang tulang (mengangkat tulang belulang), balian tantulak (penguburan), balian untung (upacara syukuran setelah penguburan maupun mengangkat tulang-belulang). Tulang belulang yang sudah diangkat dimasukkan ke dalam guci kemudian diletakkan di dalam suatu rumah kecil yang dibuat memakai tiang penyanggah.(sumber : berbagai sumber, http://melayuonline.com/ind/culture/dig/1772, Tim Koordinasi Siaran. 1995. Aneka Ragam Khasanah Budaya Nusantara VI. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.)