Miniatur perahu Banama Tingang terbuat dari bahan getah Nyatu


Relief perahu Banama Tingang


Perbandingan: Perahu Naga wisata di sungai negara China


Lukisan Perahu Dalam Mitologi Dayak



PERAHU merupakan salah satu alat transportasi yang dikenal oleh hampir semua penduduk di seluruh dunia terutama yang berdiam di daerah pantai, danau, rawa, atau daerah sungai. Pada beberapa daerah perahu memiliki fungsi simbolis dengan arti tertentu.

Fungsi simbolis biasanya berkaitan dengan konsep dan kegiatan religius. Demikian juga dengan di Kalimantan seperti Kalteng dan Kalsel yang daerahnya hampir sebagian besar daerah rawa dan sungai.

Menurut peneliti khusus budaya Dayak dari Balai Arkeologi Banjarmasin, Hartatik, pada masyarakat Dayak Kalsel dan Kalteng yang menganut religi Kaharingan, perahu memiliki fungsi simbolis. Berkaitan dengan upacara tiwah atau perahu dipercaya mengantarkan arwah ke surga.

"Ini dalam bentuk peti mati yang berbentuk perahu. Ada juga papan perahu banama tingang pada upacara tiwah kecil," kata Tatik-panggilannya.

Raung atau rarung menurutnya, terbuat dari kayu ulin atau kayu lain yang dilobangi tengahnya sehingga mirip dengan perahu. Yang menarik adalah motifnya yang digambar dengan motif stiliran flora dan sulur-suluran.

"Dalam penguburan ini mayat yang telah dimasukkan dalam peti mati di beri peralatan sehari-hari seperti mandau, suling, lanjung salah, beriut, tikar bendera, dan peralatan lainnya," tambahnya.

Ini ditujukan karenna dalam perjalanan ke dunia asalnya si arwah juga seperti orang hidup yang beraktifitas. Setelah mayat dikuburkan dalam tanah sebagian diletakkan di sekitar kubur atau dikuburkan bersama si mati.

"Setelah dua atau tiga tahun dimana keluarga si mati mempunyai biaya yang cukup untuk mengadakan pesta tiwah, kuburan dibongkar. Tulang-tulang diambil lalu dimasukkan dalam wadah guci atau mangkok," papar peneliti lulusan Universitas Gajah Mada ini.

Ada pula yang dibakar lalu abu dan sisa-sisa tulang Sisa abu atau trulang ini lalu ditempatkan dalam satu tempat yang disebut sandong. Bangunan ini berbentuk rumah panggung kecil yang biasanya disebut rumah arwah. Dilengkapi juga dengan dinding dan pintu.

"Bentuk dasar bangunan ini adalah empat persegi panjang yang dindingnya melebar ke atas. Bentuk ini sama dengan dasar perahu yang dasarnya lebih sempit bagian bawahnya. Bentuk sandong menyerupai bentuk perahu dengan hiasan-hiasan simbol perjalanan arwah menuju lautan," jelasnya.

Kemudian ada juga papan berahu banama atau disebut papan perahu banama tingang. Pada upacara mamapas tali adalah upacara dengan menggunakan media berupa sebuah papan bergambar perahu yang disebut perahu benawa. Ini ditujukan untuk menceritakan kembali perjalanan hidup si mati, sejak kelahiran hingga kematian.

Pada banawa tingang karena selain terdapat gambar perahu, juga terdapat gambar atau patung burung tingang dengan alat-alat upacara.

"Penggambaran ini adalah untuk memberi kekuatan pada arwah yang digambarkan dalam perjalanan ke lewu tatau dengan menaiki perahu. Agar aman dari gangguan roh jahat dan selamat sampai tujuan, kerabat yang masih hidup melaksanakan upacara dengan membaca mantra atau mitologi untuk memberi kekuatan pada arwah," pungkas Tatik. ncu

(Banjarmasin Post)


  • back to article list
  • print this page Print halaman ini
  • save the orangutans